HMIPAPUA.INFO – JAYAPURA. Peserta Latihan Kader III Badko HMI Papua-Papua Barat yakni Bahrun Sadidi, Tawurutubun, Fio P. R. Siregar, Erwin Kuban, dan Zamdhah H. Gredenggo menyampaikan presentasi mengenai isu Radikalisme dan Separatisme dalam dunia internasional
Peserta asal Badko HMI Papua-Papua Barat, Zamdhah Gredenggo mengatakan Isu radikalisme dan separatisme sudah ada sejak dulu hingga saat ini. Radikalisme ialah sikap atau pandangan yang mengadvokasi perubahan drastis, seringkali melalui tindakan yang ekstrem atau keras. Hal ini dapat berkaitan dengan berbagai bidang, termasuk politik, agama, sosial, atau ekonomi.
“Saya percaya, radikalisme dapat menjadi sumber ketegangan dan konflik dalam masyarakat dan dapat membahayakan perdamaian dan stabilitas. Penting memahami akar penyebabnya dan mencari solusi yang inklusif untuk mengatasi radikalisme,” ungkapnya
Sedangan menurut Fio Siregar dari Badko HMI Papua-Papua Barat menjelaskan Banyak negara dan organisasi internasional menganggap radikalisme sebagai penyebab utama konflik, terorisme, dan pelanggaran hak asasi manusia. Upaya internasional untuk melawan radikalisme meliputi diplomasi, pendidikan, penegakan hukum, dan kerja sama keamanan lintas batas.
“Radikalisme dan separatisme dapat menjadi tantangan serius dalam dunia internasional. Sementara beberapa gerakan dapat muncul sebagai respons terhadap ketidakpuasan yang sah, pendekatan radikal seringkali mengancam stabilitas dan perdamaian global,”ujarnya
Peserta LK III Erwin Kuban menyebut Polanya bisa bervariasi tergantung pada konteks lokal, budaya, dan politik. Namun, seringkali pola pergerakan radikalisme dan separatisme melibatkan penyebaran ideologi ekstrem, pemanfaatan ketidakpuasan sosial atau politik, serta upaya untuk memperoleh dukungan massa.
“Ini bisa mencakup propaganda intensif, rekrutmen, dan dalam beberapa kasus, kekerasan atau terorisme untuk mencapai tujuan mereka” jelasnya
Sementara, Peserta Bahrun Sadidi mengatakan Propaganda dalam radikalisme dan separatisme sering kali dimanfaatkan untuk mempengaruhi opini publik dan merekrut simpatisan atau anggota baru. Ini bisa meliputi penggunaan media sosial, situs web, pamflet, video, dan pidato untuk menyebarkan pesan yang membangkitkan emosi, memanfaatkan ketidakpuasan, dan mempromosikan ideologi ekstrem,
“Propaganda juga dapat digunakan untuk merendahkan atau menghina pihak yang dianggap sebagai musuh atau lawan politik,” tandasnya.* (Ikbal Asra)