HMIPAPUA.INFO – JAYAPURA. Hasil diskusi kelompok dua tentang Gerakan Radikalisme dan separatisme di Indonesia yakni M. Dziqirullah, Achmad Nagib, Hasna Mandasari Tianotak, Hariyadi Alexander, Restu Ronggo Wicaksono pada kegiatan Latihan Kader III Badko HMI Papua-Papua Barat yang dilaksanakan di Kota Jayapura, Papua, Rabu (12/6).
Salah satu peserta M.Dziqirullah mengatakan, Radikalisme dan separatisme terutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi isu mengkhawatirkan bagi masyarakat Indonesia, Kedua gerakan tersebut dapat mengganggu kedamaian dan ketenteraman masyarakat Indonesia. Radikalisme merupakan Paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.
“Akar masalah radikalisme di Indonesia telah ada sejak awal kemerdekaan, gerakan tersebut adalah Gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DII/TII) dan Negara Islam Indonesia (NII) yang muncul tepatnya 1949, Gerakan ini disatukan oleh visi dan misi untuk menjadikan syariat islam sebagai dasar negara Indonesia,” ujar M. Dziqirullah.
Peristiwa radikalisasi setelah reformasi dijelaskan oleh Ahmed Nagib “Tindakan Radikalisasi di Bali tahun 2002, kala itu Jusuf Kalla Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) menurutnya jika motifnya adalah aksi teroris yang anti-Barat atau aksi kelompok tak berideologi kuat, tapi tak tersangkut dengan masalah agama tertentu.
Kemudian ditangkap Pada 5 November 2002, salah satu tersangka kunci ditangkap. Amrozi bin Nurhasyim ditangkap di rumahnya di Desa Tenggulun, Lamongan, Jawa Timur. Dan, 10 orang yang diduga terkait juga ditangkap di sejumlah tempat di Pulau Jawa. Kasus-kasus Radikalisme ini juga terjadi di Poso oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur dan Jakarta oleh kelompok Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS)
“Separatisme ialah paham atau gerakan untuk memisahkan diri atau mendirikan negara sendiri. Dalam hal ini, kelompok etnis atau kelompok identitas lain yang berupaya memisahkan diri dari suatu negara atau pemerintahan yang sah,” ujar Hasna Mandasari Tianotak.
Peserta Hariyadi Alexander juga mengungkapkan bahwa Gerakan-gerakan separatis terjadi di berbagai wilayah di Indonesia
“Seperti Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Organisasi Papua Merdeka (OPM), Republik Maluku Serikat (RMS), gerakan separatis di Sumatera Selatan tahun 1990an, Riau, Kalimantan Utara, dan NTT,” ungkapnya
Sebagai informasi, Gerakan ini tentunya timbul akibat dari beberapa faktor seperti Ketimpangan Ekonomi dan Sosial, Diskriminasi dan Marginalisasi, Ideologi dan Agama, kemudian Sejarah dan Identitas.* (Ikbal Asra)